Marie Curie dan Penelitiannya tentang Radioaktivitas
Hari Perempuan Sedunia yang jatuh pada bulan Maret, selalu menjadi pengingat bahwa perempuan juga harus memiliki kesempatan yang sama dalam memperjuangkan hidupnya. Perempuan juga bisa produktif dan menciptakan hal besar jika diberi kesempatan yang sama. Salah satu contoh nyata bahwa perempuan bisa mengubah dunia adalah dengan kisah Marie Curie dan jasanya dalam menemukan radioaktivitas.
Radiaoktivitas merupakan fenomena ketika inti atom yang tidak stabil memancarkan radiasi. Radiasi adalah energi yang keluar dari atom radioaktif. Radioaktivitas adalah ilmu termutakhir dan banyak kegunaannya di masa sekarang. Dengan penelitian dan pengembangan, radioaktivitas dapat berguna pada ilmu kesehatan, industri, pangan, lingkungan dan energi.
Radioaktivitas pertama kali ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Marie Curie terhadap bijih uranium. Kala itu mungkin ia juga tidak akan mengira bahwa penemuannya ini kelak akan turut berperan besar dalam berbagai disiplin ilmu.
Simbol Radioaktif |
Kehidupan Awal Marie Curie
Pada 7 November 1867, Marie Curie (nama lahir: Maria Salomea Slodowska) lahir di Jalan Freta, Warsawa. Di usia 15 tahun, ia lulus sekolah menengah. Penghasilan ayahnya saat itu hanya cukup untuk menyekolahkan Josef, saudara laki-lakinya. Sedangkan Maria dan salah satu kakak perempuannya, Bronia merupakan pendukung positivis - pemikir yang menuntut perbaikan di bidang pendidikan dan sains, termasuk menginginkan kesetaraan kesempatan antara pria dan wanita dalam bidang pendidikan maupun pekerjaan. Maria dan Bronia akhirnya menyusun strategi, Bronia akan berkuliah lebih dulu di Paris dengan Maria yang membiayainya. Setelah Bronia lulus, giliran ia yang harus membiayai Maria.
Pada 1890, ditambah dengan situasi keluarga yang membaik, Maria akhirnya mendaftar di Kolege Universitas Sorbonne jurusan fisika menggunakan nama Perancis, Marie Sklodowska. Marie adalah perempuan pertama yang mendaftar jurusan fisika di sana. Pada 1893, ia lulus dari jurusan fisika dan kemudian melanjutkan kuliah matematika dengan beasiswa. Pada 1894 ia lulus dari jurusan matematika.
Melanjutkan karirnya di Universitas Sorbonne, seorang gurunya Gabriel Lippmann memberi tugas untuk meneliti kemagnetan dari baja. The French Society for Encouragement of Industry memberinya beasiswa untuk penelitian tersebut. Dalam penelitiannya, ia membutuhkan laboratorium yang lebih besar. Marie bertemu dengan Pierre Curie yang bekerja di School of Industrial Physics and Chemistry di Paris dan pria tersebut memberikan sebuah ruangan kecil untuk tempat kerja Marie. Setahun kemudian pria tersebut menjadi suaminya. Sekarang ia menjadi Marie Curie. Setelah itu, Marie menyelesaikan penelitian baja tersebut dan mulai hidup berumah tangga bersama Pierre.
Marie Curie (Wellcome Collection) |
Setelah penemuan sinar-X oleh Wilhelm Rontgen diberitakan pada tahun 1896, para ilmuwan tertarik meneliti berbagai jenis sinar atau radiasi. Salah satunya Henri Becquerel. Becquerel meneliti sinar yang dipancarkan uranium. Penelitiannya menyatakan bahwa sinar uranium menciptakan arus-arus listrik. Hal ini menjadikan Marie memutuskan melanjutkan penelitian Becquerel untuk gelar doktornya.
Mulai dari sini lah awal mula Marie Curie menemukan radioaktivitas.
Penelitian Radioaktivitas
Marie meneliti unsur atau senyawa lain yang memancarkan sinar/radiasi. Ia meneliti material pitchblende yang mengandung bijih uranium. Uraniumnya telah diekstraksi. Bijih uranium tersebut ternyata memancarkan radiasi yang kuat, lebih kuat daripada uranium murni. Maka pasti mengandung unsur lain yang belum dikenal yang menjadi sumber radiasi tersebut.
Pierre bergabung ke penelitian Marie. Mereka menggiling sampel pitchblende, melarutkannya dalam asam, dan mulai memisahkan berbagai unsur menggunakan teknik kimia analitis standar saat itu. Mereka berhasil mengekstrak bubuk hitam yang 330 kali lebih radioaktif daripada uranium. Pada Juli 1898, Marie melaporkan bahwa unsur tersebut bernama "Polonium" (dinamakan demikian untuk menghormati Polandia).
Pitchblende (Science Museum Group) |
Cairan sisa ekstraksi polonium ternyata masih sangat radioaktif. Mereka lanjut menelitinya sehingga berkesimpulan bahwa pitchblende mengandung unsur lain yang lebih radioaktif, tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit. Akhir tahun 1898, Marie dan Pierre mempublikasikan unsur tersebut yang mereka namai "Radium".
Penelitian tersebut menggunakan lebih dari 10 ton bijih uranium. Marie memberikan kata baru untuk radiasi yang diukurnya, ia menyebutnya "radioaktivitas".
Penemuan Marie & Pierre Curie tidak langsung diterima oleh semua ilmuwan Perancis. Karena Marie merupakan seorang perempuan dan Pierre yang "tidak berusaha berada di dunia sains". Meski begitu, Pierre berusaha bergabung dengan Akademi Sains tetapi ditolak. Pada Juli 1902, Marie berhasil mengisolasi radium sehingga ditemukan radium dalam bentuk garam. Ia juga menentukan berat atomnya 225,93 gram. Jika dipanaskan, radium dapat menjadi sumber energi. Penemuan ini pun menarik perhatian banyak orang.
Akhirnya, penemuan Marie dan Pierre mengenai radioaktivitas dari Polonium dan Radium diakui dunia. Dari hasil ini, Marie mempublikasikan radioaktivitas di Universitas Sorbonne dan mendapatkan gelar doktor fisika. Marie menjadi perempuan pertama di Perancis yang mendapatkan gelar tersebut. Dari hasil penemuan radioaktivitas ini pula, Marie dan Pierre Curie beserta Henry Becquerel meraih penghargaan Nobel.
Awalnya Marie diragukan perannya dalam penemuan ini. Dunia lebih berpihak pada laki-laki, sehiingga kebanyakan orang mengira bahwa Pierre lah yang sebenarnya berperan besar. Tetapi Pierre meyakinkan bahwa sejak awal Marie lah yang lebih berjasa dalam penemuan radioaktivitas dari polonium dan radium.
Marie Curie dan Pierre Curie bersama Henry Becquerel (Wellcome Collection) |
Penelitian Lanjutan
Marie Curie menjelaskan potensi kegunaan radium dalam medis kepada sekelompok perawat (1916) - copyright Association Curie-Joliot Curie |
Radiasi Menyerang Tubuh Marie Curie
Seiring menua, Marie sering mengeluhkan dirinya kelelahan, terkadang tangannya terasa kasar dan radang. Ternyata itu adalah gejala awal sakit karena terpapar radiasi. Pierre juga pernah mengalami lesi pada tangannya setelah sengaja membuat tangannya dikenai radium. Marie tidak berhenti bekerja, ia memulai penelitian mengenai radioterapi, yaitu pengobatan menggunakan radiasi dari radium. Marie dan Pierre berkesimpulan bahwa radiasi yang diberikan secara hati-hati dapat menghancurkan sel-sel tumor-kanker. Radiasi lebih cepat membunuh sel-sel yang sakit daripada sel-sel yang sehat.
Sayangnya pada tahun 1933, diketahui bahwa Marie mengalami penyakit anemia pernisiosa aplastik. Penyakit tersebut diakibatkan oleh bertahun-tahun ia terpapar radiasi. Meski begitu, ia tetap tidak berhenti bekerja. Sampai pada 4 Juli 1934, Marie meninggal dunia di sanatorium Sancellemoz pada usia 66 tahun. Ia dikuburkan di samping suaminya yang lebih dulu meninggal pada 1906.
Radiasi memang "membunuh" Marie Curie, akan tetapi penemuannya mengenai radiasi juga yang membuat Marie Curie menjadi salah satu wanita yang paling berpengaruh sepanjang masa.
Referensi:
0 Response to "Marie Curie dan Penelitiannya tentang Radioaktivitas"
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan sopan