-->

Mengenali Fenomena Kulminasi Matahari : Salah Satu Penyebab Siang Hari Terasa Lebih Panas Akhir-akhir Ini

Pada bulan September-Oktober ini sudah saatnya memasuki waktu musim hujan. Tetapi, akhir-akhir ini kita merasakan bahwa suhu siang hari terasa lebih panas daripada biasanya. Ternyata, salah satu penyebabnya adalah suatu fenomena yang disebut sebagai kulminasi matahari. 

Kulminasi matahari adalah fenomena ketika matahari tepat di atas posisi pengamat di bumi. Secara singkat, pada saat kulminasi intensitas cahaya matahari terhadap bumi maksimal, sehingga suhu udara pun meningkat.

Lalu, bagaimana kulminasi bisa terjadi?

Jika kita memperhatikan posisi matahari saat terbit atau tenggelam setiap harinya sepanjang tahun, kita akan menemukan bahwa posisi matahari akan terlihat bergeser, tidak selalu di tempat yang sama setiap terbit atau tenggelam. Oleh pengamat yang berada di bumi, matahari terlihat berpindah-pindah posisi. 

Matahari seakan berpindah dari arah selatan ke arah utara kemudian kembali lagi ke arah selatan. Pergerakan ini disebut sebagai gerak semu tahunan matahari.

gerak semu harian matahari
Gerak Semu Tahunan Matahari (BMKG)

Sebenarnya, gerak semu ini merupakan pengaruh dari bumi yang bergerak mengelilingi matahari dengan poros yang miring, tidak tegak lurus terhadap orbitnya. Kemiringan sumbu bumi terhadap matahari adalah sebesar 23,5. Sudut tersebut dikenal sebagai deklinasi. 

Sehingga pada suatu waktu posisi matahari akan condong ke kutub utara bumi, dan di waktu lainnya matahari akan condong ke kutub selatan bumi. Posisi bumi akan terus berubah dari 23,5 LU hingga 23,5 LS. 


Posisi Matahari ketika mengorbit matahari

Posisi Bumi Ketika Mengorbit Matahari (Sumber: weather.gov/cle/seasons)


Matahari akan berada pada kondisi ekuinoks, yakni posisinya tepat berada di atas ekuator, sebanyak dua kali dalam setahun yaitu saat ekuinoks vernal (sekitar 20-21 Maret) dan saat ekuinoks autumnal (sekitar 22-23 September). 

Pada kondisi ekuinoks ini deklinasi bernilai 0,  matahari sejajar dengan garis ekuator sehingga durasi siang hari dan malam hari hampir sama di seluruh dunia. Wilayah-wilayah di Indonesia yang tepat dilewati garis ekuator juga akan mengalami kedua ekuinoks tersebut.  

Sedangkan untuk wilayah dengan lintang lain, posisi matahari yang tepat di atas pengamat atau yang sudah kita kenal sebagai kulminasi akan terjadi di waktu yang berbeda tetapi tidak terlalu jauh dari waktu ekuinoks.

Hari saat terjadinya kulminasi utama lazim disebut juga sebagai Hari Tanpa Bayangan. Karena saat matahari tepat di atas kepala pengamat, bayangan benda tegak akan terlihat menghilang. 

Saat deklinasi Matahari sama dengan lintang pengamat, fenomena ini disebut sebagai Kulminasi Utama. Kulminasi utama untuk wilayah lain terjadi saat deklinasi Matahari sama dengan lintang dari wilayah tersebut. 

Jadwal Kulminasi Utama untuk Tiap Wilayah Indonesia (BMKG)
Jadwal Kulminasi Utama untuk Tiap Wilayah Indonesia (BMKG)


Untuk wilayah di Indonesia, kulminasi utama akan terjadi pada waktu yang beragam tergantung lokasi lintang pengamat. Seperti misalnya pada gambar Kulminasi Utama hasil rilis BMKG di atas, untuk wilayah Pulau Jawa akan terjadi pada sekitar pertengahan Oktober.

Karena bumi berbentuk bulat, pada saat posisi matahari sejajar dengan ekuator atau lintang lain, maka area tersebut akan semakin intens menerima intensitas cahaya matahari yang  menyebabkan peningkatan suhu di area tersebut. 

Lebih lanjut, fenomena kulminasi matahari atau ekuinoks selalu terjadi dua kali setiap tahun untuk wilayah Indonesia. Meski berpengaruh pada peningkatan suhu udara, kulminasi tidak akan menjadikan suhu menjadi sangat ekstrem. Menurut ahli iklim lingkungan Dr. Emilya Nurjani, M.Si, saat ekuinoks pun suhunya berada di sekitar 33-34C.

0 Response to "Mengenali Fenomena Kulminasi Matahari : Salah Satu Penyebab Siang Hari Terasa Lebih Panas Akhir-akhir Ini"

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan sopan

Rekomendasi Postingan

Fakta Menarik Matematika di Alam Semesta

Apakah Tuhan bermain matematika? Itulah pertanyaan yang terlintas di benak seorang ahli astrofisika, Mario Livio, dalam bukunya Is God a Mat...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel